Seakan ini hanya lah mimpi, aku telah terbangun.
Akhirnya fase hidupku berkembang dalam tahapan baru.
Ini real. Inilah hidup yang sebenarnya.
Bertemu, bersama dan berpisah.
Diawali dan harus dikembangkan agar ada cerita untuk mengakhiri.
Ini fasenya. Harus disiapkan.
Pembicaraan bagaimana hati dapat menerima dan segala alasan yang akan dijabarkan, tidak menjadi penting lagi saat ini. Berserah pada Tuhan agar ada cerita terbaik yang dilukiskan setelahnya. Pengharapan.
Ini lah hidup. Bagaimana sesuatu akan diawali. Akan dimulai.
Hidupku yang baru. Menjadi seorang istri.
Masa lajang yang akan segera diakhiri ini, memberi kan aura positif bagi sekitar.
Banyak kebahagian disana-sini. Banyak doa yang dipanjatkan.
Persiapan-persiapan yang menjadi faktor penunjang dan menyemarakkan cerita ini telah disiapkan.
Setidaknya banyak pengharapan yang diinginkan.
Akan ada cerita yang baru. Akan ada kisah yang dilukiskan dengan kehidupan.
Semua menunggu. Semua berharap.
Akhirnya bunya ini telah berkembang dan menjadi calon pengantin cantik yang menunggu kumbangnya. Kumbangku baik dan bertahta dalam hidupnya dengan berani, terampil, dan mencintai bunga dengan caranya. Bunga ini berterima kasih karena besarnya cinta kumbang yang didapatnya. Rasa sabar dan besarnya cinta kumbang yang begitu setia hingga se-windu. Akhirnya berakhir dengan manis.
Ini lah kumbangku yang kusayangi dan tak ingin ku berpisah dengan nya.
Bagi bunga, banyaknya kumbang yang telah menghampiri dan menyanyikan bearagam lagu untuk bunga agar tertarik, tidak menyebabkan bunga memberikan sepenuh-penuhnya hati kepada mereka.
Jika benar pesona bunga telah membuat kesabaran kumbangku teruji selama ini, adalah benar dan sangat mengesankan. Kumbangku berhasil melewati ujian sabar dan setia nya. Begitulah cinta dan sayang tak bersyarat kumbangku pada bunga. Murni, tulus dan penuh.
Akhirnya, keberanian melangkah dalam fase baru ini telah melewati persyaratan tak terbatas. Bila membingungkan, maaf kan diri yang tak mampu menahan gejolak.
Hidup dalam fase ini. Harus dimulai. . . . .