Bagaimana cara kita memahami hidup ini berbeda disetiap orang. Bagiku, setiap harinya…. Saat kita melihat orang lain, mengenalnya, menghabiskan waktu bersama mereka. Adalah pelajaran yang tidak kita temui di bangku sekolah yang hanya memberikan teori-teori hidup. Inilah kenyataannya. Ini lah prakteknya. Ini lah yang harus kita pelajari dengan sejenak mau mendengarkan dan melihat.
Terkadang kita merasa kehidupan tidak memberikan keadilan yang sama. Kita selalu menggerutu. Anggapan bahwa kehidupan jarang memberikan kebaikannya membuat kita sering menghakimi Tuhan. Men-just begitu saja tanpa ilmu. Sadarkah? Bahwa kehidupan punya cara sendiri untuk memberi kita kebaikannya. Kita hanya enggan melihat. Kita hanya enggan mendengar. Bahwa bisikan kehidupan setiap harinya mengajarkan dan mengingatkan kita untuk bersyukur akan hidup yang kita punya.
Semua paham, bahwa dunia hanya tempat kita bersinggah. Dengan lamanya waktu untuk berada ditempat persinggahan ini berbeda-beda setiap manusianya. Ada yang hingga menua, remaja, bahkan seusia balita. Lamanya waktu bukanlah menjadi persoalan yang penting sebenarnya. Itu sudah digariskan dan ditetapkan Tuhan sebagai pencipta. Tapi, bagaimana cara kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu singgah kita yang hanya sementara itu.
Aku bukan manusia yang sangat baik. Bukan manusia yang men-just dirinya soleha. Bukan manusia kaya yang dapat bersikap dermawan kebanyak orang. Bukan manusia hebat yang memiliki banyak kemampuan. Aku hanya manusia sederhana. Dengan kehidupan yang biasa. Manusia yang hanya punya keinginan sederhana pula. Aku hanya ingin dapat memahami hidup ini dengan baik. Aku hanya ingin orang-orang yang mengenalku dapat mengenangku dengan manis. Ingin memberikan kebaikan kebanyak orang.
Bagaimana nanti aku dikenang setelah aku mati?
Belakangan aku memahami, terkadang apa yang kita ucapkan dapat mempengaruhi hidup orang lain. Positifkah itu….atau negatif untuknya. Seperti terkadang kita menunda sesuatu, dan mengatakan “Tunggu”. Tahukan kawan, kita dapat membuat orang lain atau orang yang memiliki keterkaitan dengan orang itu maupun kita dapat menunggu, dapat terlambat, dapat kehilangan sesuatu. Sederhana memang apa yang kita ucapkan. Taukah? Terkadang efek untuk orang lain sangatlah besar. Kuharap apa yang aku ucapkan memberikan efek positif atau kebaikan untuk orang lain. Tapi jarang sekali kan? Lebih banyak yang kita lakukan tanpa kita memikirkannya terlebih dahulu, itu lah dapat menjadi efek negative atau kesusahan untuk orang lain.
Dan bagaimana bila apa yang kita ucapkan itu penuh emosi dan amarah. Kita tidak memikirkan terlebih dahulu. Kita hanya memikirkan marah kita. Kita terus marah dengan berusaha menyakiti orang lain (yang kita marahi) dengan kata-kata penuh emosi. Bahkan mungkin saja, ucapan yang tidak seharusnya dikatakan, akan kita kata-kan. Hanya bertujuan untuk menyakiti lebih dalam. Fitrahnya manusia begitulah. Menganggap emosi, marah adalah hal yang lumrah atau biasa dalam diri manusia. Pahamkah? Mengapa kita selalu berharap dan menganggap orang lain selalu bisa menerima marah kita, menerima pikiran kita, menerima apa yang kita mau. Mengapa tidak sebaliknya? Cobalah berhenti sejenak. Bahwa orang lain juga mau dimengerti juga. Jadi jangan egois dengan memikirkan diri sendiri.
Dan membenci itu memang hak kita. Kita dapat melakukannya. Tapi, terkadang dengan kita lebih menahan diri. Sejenak berpikir. Tidak terbawa emosi setan kita. Kita dapat membuat keadaan jauh lebih baik. Ini kupahami berdasarkan pengalamanku sendiri. Bahwa, marah dan ucapan yang menyakiti itu sangatlah membekas dihati. Malah tidak menyelesaikan masalah. Malah membuat rumit. Mungkin dapat dimaafkan. Tapi tidak akan dilupakan. Dan diam bukan berarti kalah kawan. Kontrol-lah hatimu. Dan kau akan jadi pemenang.
Kehidupan tidak selamanya kita miliki, kawan! Orang-orang yang mengatakan cinta akan kita tinggalkan. Harta yang kita cari akan kita tinggalkan juga. Gelar yang kita kejar malah tidak disinggung-singgung oleh malaikat yang akan bertanya dalam kubur nanti. Dia ga peduli, apakah gelar yang kita punya sampai S3 atau hanya tamatan SD. Jadi kenapa harus sombong?
Aku bukan ahli agama dan juga bukan manusia yang pernah mati suri, sehingga dapat menceritakan bagaiman mati itu? Bagaimana kehidupan setelah mati. Yang kupahami adalah aku hanya ingin belajar menjadi baik. Sehingga laporan ku pada Tuhan nanti bernilai baik juga.
Bagaimana kematian itu datang? Bagaimana cara nya? Dimana tempatnya? Kita ga perlu tanya dengan peramal atau paranormal, bahkan lihat buku primbon. Kita hanya perlu mempersiapkan diri. Dan berdoa semoga kematian datang dengan cara yang indah dan lebih bersahabat.
Mengapa membicarakan mati? Ini perlu kawan, karena semakin lama kita menjalani hari-hari dan rutinitas yang sama dan membosankan. Kita sering lupa. Dan selalu beranggapan bahwa besok…besok….besok nya lagi kita masih hidup. ^_^
Ita