Jadi guru memang harus memiliki kesabaran tingkat tinggi. Bukan namanya guru jika hanya bertampang emosi. Apalagi jika sepatu mendarat ke kepala siswa dengan kecepatan tinggi. Itu sih preman pasar. (^o^). Guru selalu berinteraksi dengan berjenis-jenis kepala yang ingin tahu. Bagaimana cara guru mentransfer ilmu dan keperibadian baik, itulah masalah pokoknya. Berganti-ganti kurikulum sesuai mentri yang menjabat, sebenarnya punya maksud yang sama saja. Hanya, cara mempresentasikannya lah yang berbeda-beda.
Banyak yang dituntut dari seorang guru, guru harus memahami konsep ilmu yang diampunya, menguasai keterampilan pedagogiknya. Ssemuuuuuuuanya. Wajib ada dulu di kepala si guru.
Umumnya mereka diluar sana menganggap jadi guru itu pilihan terakhir dan mudah dilakukan. Tinggal ngajar aja. Kasi PR. Kasi catatan. Sudah deh. Hmph, jika memang begini mudahnya, mengapa perlu ada universitas pendidikan yang kuliahnya selama 8 semester yang dibahas itu cara ngajar doang? ga percuma dung ada dosen yang gelarnya hingga profesor ahli pendidikan yang bahas itu semua, jika memang mengajar itu mudah.
Mengajar itu, kesimpulan Saya, selama kuliah 4 tahun di UNIMED dan jadi tenaga pendidik baik guru privat dan kelas, saangaat sulit. Membuat siswa yang ga tahu jadi tahu itu mudah. Tapi buat siswa tahu tujuan dia belajar dan diaplikasikan dalam hidup nya. Itu sangat tidak mudah. Mengertikah kawan, jadi guru haruslah datang dari hati. Apapun alasannya, dan semua embel-embelnya. Tetep....datang dari hati.
Guru itu contoh, dan ini adalah poin yang paling sulit dimengerti guru itu sendiri. Apapun itu, siswa akan memperhatikan. Dan fitrahnya, guru kan manusia juga, bukan Nabi yang bisa sempurna. Tapi Bagaimana lagi, Tun-tu-tan!! Guru memang harus sempurna, sifatnya, cara bicaranya, ilmunya, de-el-el.
Kesabaran. Memang Hal yang mudah untuk dikatakan. Guru harus punya itu. Guru tetap harus bijak. Ga boleh marah. Bila pun emosi setinggi ubun-ubun, haruslah marah dengan elegan. Beretika gitu maksudnya. Ga boleh dung, semua jenis binatang di hutan disebutin. JADI, untuk anak-anak diseluruh Nusantara dan di belahan dunia manapun, Hargailah Gurumu. Dan tetap jadikan gurumu sebagai guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar