Duhai diri yang banyak berkeinginan, mengharapkan segalanya sesuai hati. Menginginkan yg teridah, yang terbaik.
Adakah salah jika begitu?
Mempercayai bahwa segala yg baik hanya bersumber dari-Nya?
Berkeinginan memiliki dia yang menjadi imam membawa surga?
Adakah bau surga begitu jauhnya? Sehingga tak layak aku sehasta lebih dekat?
Mengetahui diri yang lebih hitam dari putihnya surga, berusaha dengan terseok-seok melawan nafsu dunia dan menginginkan surga? Adakah salah jika mengharapkan?
Melihat sisi dengan cara tak sama, nyatanya ditentang keras dengan mereka. Dituntut oleh kematangan usia, diwajibkan untuk segera.
Adakah ketakutan ini berujung salah? Mengkhawatirkan memulai hidup dengan orang yang salah? Yang bahkan tak mengerti huruf-huruf Nya? Oh, apakah solusi untuk dapat hijrah ini begitu ruwetnya?
Mengapa tak mampu dimengerti dengan dia yang telah ditakdirkan sebagai pemimpin diri, istri dan anaknya? Menegur dan menghilangkan penat dengan melawan diri menuliskan sindiran melalui tulisan di media sosial?
Imam kah itu? Bahkan tak layak dia untuk dirinya..
Adakah tak mampu dia mengerti bahwa hati yang telah membeku ini telah mempercayai bahwa cinta tiada berarti? Tak datang dia dengan kehangatan tapi hanya dengusan untuk dapat dimengerti? Dipahami dia lah sang lelaki?
Nyatanya waktu sewindu tak dapat mencairkan diri untuk belajar memahami? Adakah ini berhati batu sehingga sulit buat dipelajari?
Menginginkan diri dipimpin bukan memimpin, fitrahnya imam adalah seorang laki-laki. Atau perlu ku tanyakan? Lelakikah????