Assalamualaikum Wr. Wb.---Selamat Datang di masitan70.blogspot.com---SEMOGA BERMANFAAT!!!

Rabu, 29 Januari 2014

Alasan Untuk Bersama

Bila ditanya dan dicari-cari alasan, mengapa 2 anak manusia ditakdirkan berpasangan.
Alasan sederhananya, adalah untuk saling membahagiakan. . . .untuk jadi pelengkap satu sama lain.
Bagaimana caranya? Ya solusi nya hanya satu... saling ngerti. Saling paham kekurangan masing-masing dan ga dijadikan bahan olokan atau pertengkaran. Saling paham kelebihan namun ga dijadikan acuan. Acuan untuk jalan bersama.

Rupa nya, proses menjalankannya lebih sulit dari proses nulis kalimat itu dalam paragraf.
Ga harus berhati malaikat untuk jadi pasangan hidup seseorang yang kata nya mudah nangis.
Jangan dibuat nangis dong. Mudah kan?

Tapi banyak yang ga ngerti, 
Berapa banyak gadis atau cowok yang dipacari, itu ga alasan orang itu bisa paham setiap hati yang katanya dicintai dan mencintainya.

Not easy.

Banyak yang kulihat dan kupahami, terkadang banyak nya dari mereka si pencari cinta, akhirnya ga nemuin cinta sejatinya. kebanyakan nyari sih. Coba, yang ada didekat itu dipahami. Dan biasanya nih. . .jodoh ga jauh kemana-mana. Bisa teman sekolah, teman waktu kecil, teman kerja, atau anaknya teman kerja. . .Ups jadi besanan deh hehehehehe.... Jelaskan, bumi berputar pada porosnya, dan berputar mengelilingi matahari selama 365 hari, jadi. . .tetep yang ditemui orangnya itu itu juga. Ga kayak cerita didongeng, sang pangeran jatuh cinta pada upik abu si cenderella.... ada sih...tapi ga banyak.

Balik lagi kemasalah.
Banyak dari mereka yang bersama dengan alasan yang beragam. Namun intinya, bila saling ngerti. . .bisa jadi pelengkap, tentu ini akan membahagiakan keduanya, dan akan terus jalan bersama selamanya, Intinya ga beda perinsip dalam kacamata bahagia. Itu saja.. 

Pemahaman seseorang terhadap masalah tentu berbeda. Namun, jika kita membicarakan kata bahagia, saya rasa tujuan maksud nya tetap sama. Saling memahami, saling membahagiakan.

Minggu, 26 Januari 2014

Kenapa suka Nulis????


Kenapa sekarang suka nulis????
Alasan yang sulit untuk dijelaskan. Walau yang ditulis hanya ingin mengekspresikan hati yang tak mampu berteriak. :) Tapi, aku ingin pula menguraikan alasannya. . .

Awalnya nulis hanya untuk konsumsi pribadi. Nulis di diary. Nulis-nulis aja.
Sejak kecil, aku sudah suka nulis. Tanpa kusadari memang. Mungkin karena cenderung tertutup,
Namun, belakangan nulis dapat membuatku memahami hatiku sendiri. Seperti rekaman jejak hidup yang enak dibaca ulang.

Beranjaknya waktu, konsumsi pribadi ini. . .ingin ku bagikan bagi mereka,
Yang mungkin mereka-mereka diluar sana mengalami hal yang sama denganku.
Yang mungkin mereka-mereka diluar sana mengartikan hidup ini terlalu rumit, dan ingin ku bantu agar lebih sederhana.

Ku ingin bila batas usiaku telah selesai, masih ada yang dapat dilihat, dibaca.. oleh teman-temanku, atau orang lain yang mengenalku. Sehingga ada dariku yang dapat dikenang dan dijadikan pelajaran hidup. Itu saja.

Semua yang kutuliskan, adalah sesuatu yang ada dalam hati dan pikiranku yang kadang menggangu dan ingin kusimpan. Kusimpan agar diwaktu-waktu selanjutnya aku menyadari dan memahami bahwa hidup ternyata ada fase, past-present-future. 

Orang-orang yang ku kenal, dan kadang pula mengenalku namun aku tak memahaminya, kadang menyadarkan aku mudahnya kepala ini melupakan. Oleh karena itu rekaman jejak ini sedikit membantu dan mengajarkan aku akan kesalahan dan pengharapan yang pernah kusampaikan pada Tuhan.

Aku hanya selalu mengharapkan besok lebih baik dari hari ini.
Karena aku percaya harapan itu sifat nya sangat menghangatkan.
Dan aku ingin menyebarkan kehangatan itu.
Hanya itu.

#Semoga Allah selalu memberikan kehangatan untuk semua orang. Amin.

Satu lagi Pelajaran hidup

Sangat disayangkan memang, keputusan yang diambil terburu-buru tanpa berpikir panjang. Diambil dalam kondisi emosi yang jauh dari Allah Swt. Kondisi marah atau semacamnya. Penyesalan tentu saja munculnya belakangan. Muncul disaat hati dan pikiran telah berada pada posisinya. Kondisi yang nyaman dan jauh dari tekanan.

Usia matang, bukanlah menjadikan alasan seseorang akan selalu dewasa dalam mengambil keputusan. Kecenderungan untuk terburu-buru dan cepat kadang lebih di dominan oleh mereka yang katanya berumur matang. Kesimpulannya, usia tak dapat dijadikan alasan.

Menikah karena ibadah. 
Karena Allah. 
Adalah alasan yang terbaik bagi seorang insan.
Memang, mencintai dan dicintai dapat dilalui ketika proses menikah itu dijalani.
Mudah memang. Katanya

Begitulah, siapa yang kita temui, dan bersama kita dapat diibaratkan dengan seseorang yang melakukan perjalan panjang dengan bus. Kenapa? Terkadang bus yang kita naiki  berhenti dan mengangkut penumpang baru, kita berkenalan, mengobrol panjang, menceritakan perjalan jauh sebelumnya, tertawa, dan ternyata akan ada pemberhentian selanjutnya. Penumpang baru itu akan turun. Akankah kita mengikuti atau tetap di bus. Atau menunggu pemberhentian selanjutnya? Semua terserah dikitanya. Begitu sederhanakan? Ya begitulah aku menanggapi perjalanan hidup ini. Siapa yang akan kutemui, siapa yang bersamaku atau siapa nanti yang akan datang dan pergi. Kesiapan hati untuk menghadapinya. Itu saja.

Permasalahannya, adalah bagaimana cara kita merespon sesuatu. Baikkah? Dengan marah kah? Atau dengan ketenangan dan berpasrah pada Allah, Itu adalah pilihan kawan. 

#Sulitnya menjadi wanita yang tawadhu.
Semangat!!!! Ganbatte.!!!!!

Kamis, 23 Januari 2014

Hari ini, Tanggal 23 Bulan Januari

"Perjalanan waktu itu sangat mengherankan, namun lebih mengherankan lagi bagaimana seorang manusia melewati waktu yang dia punya"
-Kata-kata yang penuh makna, yang selalu ku ingat. Kata-kata seorang insan yang amat sholeh dan patuh pada Tuhannya-

Manusia selalu melupakan waktu yang dia punya. Mengganggap kebaikan Tuhan padanya terlalu sedikit. Melewati setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun dalam hidupnya tanpa makna. Tiada arti. Begitulah manusia. 

Setiap tahun nya di bulan yang sama, ditanggal yang sama, setiap insan akan mengingat usia dan perjalanan hidup yang telah dilewatinya. Hari dimana dia dilahirkan. Hari dimana pertama kali dunia ini disambutnya dengan tangis. Dan senyum bahagia ayah ibu nya dengan penantian yang panjang. Banyaknya harapan yang diberikan. Dan doa penuh kebaikan yang disampaikan oleh mereka yang menyambut kehadirannya di dunia. Kakek, atok, nenek, uwak, uda, abang dan kakak. Begitulah permulaan hidup seorang insan di dunia. Penuh doa dan harapan kebahagian.

Fase selanjutnya adalah fase dimana insan belajar tentang dunia yang dia pijak, bagaimana cara untuk tegak berjalan. Fase dimana insan jatuh-berdiri-dan jatuh kembali. Namun, adalah masa yang menyenangkan. Masa selalu ingin mencoba nya kembali, masa mencari tahu. Tangan ayah ibu akan tetap menyambut mengokohkan kita untuk tetap tegak. Mendengarkan tangis. Melihat kita besar dengan perlahan-lahan mengenal dunia asing setiap harinya. Tetap sabar mendengar ocehan ingin tahu. Tetap sabar menjelaskan agar kita dapat memahami. Selalu ada untuk melindungi.

Kita selalu menemukan permasalahan baru setiap hari, dan kita akan selalu mengadu pada ayah dan ibu. Mengharapkan pembelaan. Dan akan selalu ada pembelaan itu. Namun, beranjaknya waktu mengajarkan kita untuk mengadu kepada yang lebih kuat pelindungnya. Kepada Tuhan.

Tubuh yang lebih kuat untuk tegak, kepala yang telah terisi penuh dengan ilmu. . .membuat insan menyadari tentang kebesaran dan keagungan Tuhannya. Walau pembelaan itu tiada bersuara langsung seperti pembelaan ayah ibu, namun kita tau Allah selalu mendengarkan. Allah selalu ada.

Fase kedewasaan dimulai disaat insan mampu mendengarkan hatinya, sekelilingnya, dan mempelajarinya sendiri, mencari solusi,  serta mampu mempertanggung jawabkan keputusannya. Mampu melihat masa lalu, kesalahan, hari ini dan perencanaan masa depannya. Bukan masa nya mencari tahu, tapi masa mencari solusi dan pertanggung jawaban kelak. . . kelak ketika kita kembali menghadap Pencipta. 

Semua akan dilaporkan. Semua butuh penjelasan. Apa, Mengapa? Dimana? Siapa? dan bagaimana? Adalah belajar mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan yang akan dilontarkan Tuhan. 
Mungkin Tuhan bersabar untuk kita, menyadarkan kita dengan kebesaran-Nya.
Kita lah yang seharusnya lebih peka.

Allah membenci orang-orang yang berputus asa.

Ini adalah tulisan yang amat berat untuk ku pikirkan. Tulisan yang menggambarkan keadaan hatiku yang telah berputus asa pada Tuhan. Kurangnya aku menyadari. Kurangnya aku melihat sekeliling ku. Membuat ku selalu mengeluh dalam hidup. Aku selalu berusaha mencari tahu. Dan kini aku berhenti. Aku ingin belajar mencari solusi dalam hidup yang diberikan Allah untukku. 1/4 abad. Usia yang sangat matang untukku. 

Tanpa kusadari, aku memiliki ayah yang begitu peduli dan menjagaku, ku punya ibu yang selalu menyayangiku, ku memiliki adik yang sangat kusayangi dan menyayangiku. Ku memiliki mereka-mereka yang peduli dan memperhatikanku. Ku punya Allah yang selalu mempermudah ku. Menjagaku dan kupastikan Allah begitu menyayangiku.

Ku bersedia mempertaruhkan segalanya, untuk cinta dan waktu yang ku punya saat ini.

Terima kasih. Terutama untuk ayah ku. Dan aku sangat mencintaimu Ayah. Dengan jiwa dan hatiku. Ku selalu berdoa agar ayah dan ibuku akan selalu ada untukku. Saat ini hingga waktu yang panjang di masa depan.

Ini adalah doa dan harapanku di ulang tahun ku ini, Tuhan. Karena kini aku menyadari. Aku sangat disayangi dan aku mencintai keduanya.

I LOVE U MOM, I LOVE U DAD.


Senin, 20 Januari 2014

Islam Pilihanku

Bagian terparah dalam hidup adalah lebih banyak diri kita ini mengeluh daripada bersyukur.
Pengetahuan  akan ilmu agama mungkin uda kita pelajari bahkan sebelum kita dapat menghitung. Sadar atau tidak, harusnya setiap detail agama itu kita yah mesti kudu pahami kan. Gimana wudhu, sholat, atau masalah pelajaran tentang keimanan. Permasalahannya untuk pendalaman agama itu sendiri adalah pilihan kita mau hingga dibatas apa kita belajar dan kita ngerti untuk jalaninya. Adalah pilihan juga menjalani agama itu hanya sebagai status islam di KTP. Apalagi kita yang hidup di negara mayoritas islam. Sejak SD hingga SMA pelajaran agama islam udah dimasukkan kedalam pelajaran penting. Bahkan urutan pertama di dalam RAPORT. Gilanya, nilai agama islam dapat 98 namun pemahaman agama nol persen. Sholat z jarang. Ga banyak tuh surat-surat pendek dalam Al Quran yang dihapal. Siapa yang disalahkan? Orang tua? Karena kita ga masuk ke dalam pesantren. Jadi kita ga bisa pahami islam itu secara mendalam?
Pemikiran yang buruk.

Islam bukan suatu ajaran nenek moyang yang harus kita ikutin dan wariskan dari nenek hingga cucu cicit.
Islam itu pilihan hidup. walau dari mana sisi yang kita lihat dan pelajari. Sumber utama nya adalah Al Quran dan Hadist. Pelajari, pahami.... dan simpulkan. Hidayah terkadang ga datang sendirinya. Kita harus cari dan minta. Bukan kita mengaku islam karena ayah ibu kita islam, namun islam adalah pilihan mu karena tahu apa sejatinya islam itu.

Dulu sekali, guru ngajiku pernah mengatakan,.. bahwa islam itu tidak mempersulit manusia. Islam itu mudah.
Pelajari dengan hati, jangan dengan dengan pikiran yang jelimet. Banyak baca biar tau. Banyak nanya biar ga tersesat.

Tapi ya tetep, untuk masalah aqidah ndak boleh melenceng dari agama. Jika ga tertulis di Quran, ga ada di hadist, Nabi Muhammad juga ga ngajari..ya jangan dikerjakan.

Misalnya, beberapa ritual keagamaan yang sering dilakukan oleh beberapa kaum dan golongan, membuat islam terdengar aneh dan penuh ritual mistik, pengobatan-pengobatan aneh dengan membawa2 keajaiban.Padahal islam itu penyejuk hati. Bukan penuh dendam sehingga berani mati seperti teroris. Bukan seram kayak ritual dukun. Islam itu ga ngajari islam untuk mendendam, bahkan islam mengajarkan untuk memaafkan. Tapi banyak aja yang ga ngerti.

#semoga besok lebih baik!  

Minggu, 05 Januari 2014

Krisis ¼ Abad

Ga tau kata yang pas untuk memulainya.
Ga tau kalimat pembuka untuk mengantarkannya.
Tapi yang ku tau ini jelas suatu masalah. Masalah yang lagi diusahakan untuk diselesaikan. Dicari tau maknanya. 

Selidik punya selidik, sindrome krisis ¼ abad... ternyata memiliki korban yang tersebar merata di muka bumi ini. Ya. Siapa sih yang ga melewatinya? Kecuali jika malaikat menjemput diusia lebih awal dengan alasannya masing-masing (pembicaran dengan topik yang sangat berat #178kg).

Kini aku mulai mengalaminya. Dan ini jelas dan sangaaaaaaaaaat jelas masalah.

“You can’t make any decisions because you don’t know what you want. And you don’t know what you want because you don’t know who you are. And you don’t know who you are because you’re allowed to be anyone you want. How messed up is that?“

>>>NGerti??? Ayolah paham pahamkan dengan caramu!!! ^o^<<<

Seorang sosiolog Amerika, Roger Gould menghubungkan fase dan krisis dalam pandangannya tentang transformasi perkembangan. Menurutnya, paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa remaja, dengan pengecualian bahwa selama masa dewasa tengah usaha untuk menangani krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat. Dia percaya bahwa dalam usia 20-an, kita menerima peran-peran baru, dalam usia 30-an kita mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab kita, dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu. Menurutnya, menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu kita menuju jalan kematangan yang dewasa.

Deborah Smith, Professor Sosiologi di University of Missouri, Kansas City mengatakan bahwa, “Beranjak dewasa dan memikirkan bagaimana masa depan Anda akan terasa menyakitkan, terutama dalam masa quarter life crisis. Namun, ini merupakan hal alamiah.”. Smith menuturkan, banyak orang mengalami kecemasan di usia 20-an karena usia tersebut adalah masa pertama kali mereka menjalani kehidupan sesungguhnya. “Di benak saya, ini bukanlah suatu krisis. Ini merupakan keputusan, tekanan dan perubahan pada fase kehidupan.”, jelas Smith.

Oke, jika kita bahas dengan cara yang sederhana.
Dulu ketika usia 4 tahun, hal yang kita inginkan adalah sekolah berseragam putih merah dan berdasi merah. dan itu kita lewati. Setelah itu hal yang kita inginkan apa? Berseragam putih biru. Dan fase selanjutnya yang ingin segera kita capai?? Berseragam putih abu2 (walau sebenarnya putih-biru muda). Dan ketika telah sukses kita lewati selama 3 tahun dengan bejibun soal ujian negara dan segala les mata pelajaran yang kita jalani. Apa yang kita inginkan? Kuliah dong.. S1, S2, S3 dan seterusnya. . . Pasti

Dan bila telah sampai ketahap ini. Ditahap gelar S1 sudah ada dibelakang nama. Timbullah, suatu sindrome. Sindrome 1/4 abad. Ternyata, lulus kuliah bukanlah akhir dari segala-galanya. Coba renungkan. Babak baru dalam hidup telah dimulai. Akan timbul pertanyaan disekitarmu yang sangat ingin tau. Kapan nikahnya? Dan tiba-tiba saja buku diary menjadi penuh, guratan didahi semakin jelas sebagai akibat perenungan yang mendadak sering dilakukan, apalagi saat memasuki usia 25 tahun di tengah-tengah rekan-rekan yang lainnya sudah menyebarkan undangan dan bahkan ada yang berkeluarga dan beberapa yang lainnya sudah sukses menapaki kariernya sedangkan kita belum dan ternyata semakin merenung target yang sudah ditulis juga belum terealisasi. Ini bisa membuat kecemasan berlebihan seperti ingin berlari sekencang-kencangnya untuk mengejar teman-teman yang lain.

Itulah sebagian masalah yang termasuk dalan krisis seperempat baya atau yang lebih dikenal dengan quater life crisis. Krisis seperempat baya adalah istilah yang diberikan pada suatu periode hidup di mana terjadi perubahan besar pada proses pendewasaan, biasanya terjadi pada sekitar umur awal 20-30an. Perubahannya meliputi aspek emosional dan aspek finansial/profesional. Istilah ini awalnya mulai diperkenalkan oleh Abby Wilner pada tahun 1997. Dalam bukunya ”Quarterlife Crisis: The Unique Challenges of Life in Your Twenties” yang ia tulis bersama Alexandra Robbins pada tahun 2001, Wilner menjelaskan bagaimana lompatan kehidupan dari dunia akademis menuju dunia profesional sering menyakitkan dan memicu respon ketidakstabilan luar biasa pada diri seseorang. Perubahan yang awalnya terasa begitu konstan dihadapkan dengan beragam pilihan yang tak jarang memunculkan rasa panik tak berdaya. Ketidakstabilan, perubahan, dan rasa tak berdaya inilah yang seringkali menimpa pemilik usia 20-an.

Mereka yang sedang dalam fase krisis seperempat baya biasanya mengalami hal-hal seperti ini :
  • merasa tidak cukup baik karena tidak menemukan pekerjaan yang senilai dengan level akademiknya
  • rasa frustasi pada hubungan antarmanusia, dunia kerja dan proses menemukan pekerjaan/karir
  • kebingungan pada identitas diri
  • rasa ketakutan akan masa depan
  • rasa ketakutan pada rencana jangka panjang dan tujuan hidup
  • rasa ketakutan pada keputusan saat ini
  • peninjauan kembali akan hubungan dekat saat ini
  • kekecewaan pada pekerjaan
  • nostalgia pada kehidupan kuliah bahkan masa sekolah
  • kecenderungan untuk memilih opini-opini yang lebih kuat
  • kebosanan pada interaksi sosial
  • kehilangan keakraban pada teman sekolah/kuliah
  • stress finansial (beban ‘membayar kembali’ biaya kuliah, mulai memikirkan besarnya biaya hidup, dll)
  • kesepian
  • keinginan memiliki keluarga/anak
  • perasaan bahwa semua orang melakukan hal yang lebih baik darimu
  • status fresh graduate alias ‘tidak punya pengalaman kerja’ hingga terjebak pada pekerjaan-pekerjaan membosankan yang tidak sesuai dengan keahlian intelektual.
Ternyata ga banyak informasi, bagaimana kita melewati babak ini.
Namun, ini harus dijalani.
Jalanilah... seiring waktu kita akan mengerti.

Jadi, hal yang masih kudapat saat ini,... 
Paham Pahamkanlah Masalahmu dengan Pemahamanmu Sendiri. ^o^

Kamis, 02 Januari 2014

Ga Berjudul

Bila kita mengamati waktu, kita akan tersadar akan banyak hal yang tersia-siakan dan tidak kita rasakan jelas dengan hati. Kita lupa, terus saja berjalan tanpa mengamati sekitar. Dan.. ketika kerikil membuat kita jatuh. Kita mengeluh. Tentu saja. Mencari-cari sesuatu yang dapat disalahkan. 'Menengok' kebelakang berharap ada yang tertinggal, dan punya alasan untuk berbalik. Tapi ternyata kosong. Ga da yang tetap berdiri menunggu untuk menanti kita.. Dan bila rasa takut akan kesendirian itu datang, kita akan merengek-rengek mencari sandaran. Menangis. Of Crouse. Namun sayang, tiada yang mengasianimu. Jadi apa yang kau tunggu? Berjalanlah...mungkin kita tidak akan menemukan kerikil yang sama yang membuatmu jatuh. Bila bertemu, kau akan lebih siap. Namun jangan khawatir. Sakit terjatuh itu telah mengajarimu banyak hal. Pergunakanlah. Agar tiada yang sia-sia.

Aku tak menyesali masa laluku.
Aku hanya menyayangkan waktu yang kubuang percuma untuk orang-orang yang tidak baik dan hal-hal yang tidak ada gunanya.
Karenanya, hari ini aku lebih berhati-hati dalam memilih apa dan dengan siapa aku menggunakan waktuku.
Aku tak boleh membiarkan hidupku berkurang untuk yang tidak ada manfaatnya.